Jurnal
Pratikum II Fisika Dasar
“Hukum Kirchoff”
Vitrail Gloria Nancy Mairi1),
Gilbert V. Abidjulu2), Olive A. Jaya3), Handy Indra Regain Mosey, S.Si, M.Si,4)
1) vitrailmairi@gmail.com, 2)vandyabidjulu@gmail.com, 3)oliveangjaya@gmail.com, 4)cici.heijie@gmail.com
Abstrak
Hukum
kirchoff adalah hukum yang digunakan untuk mengetahui arus yang mengalir pada
tiap bagian rangkaian yang rumit. Hukum kirchoff mempelajari hukum tegangan
Kirchoff dan hukum arus Kirchoff, serta mempelajari hukum rangkaian loop. Terdapat
dua hukum yang berlaku, diantaranya Hukum I Kirchoff atau Kirchhoff’s Current
Law (KCL) dan Hukum II Kirchoff atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL). Hukum I Kirchoff atau
hukum titik cabang berdasarkan pada kekekalan muatan, dimana jumlah aljabar
kuat arus yang menuju titik cabang rangkaian listrik sama dengan jumlah aljabar
kuat arus yang meninggalkan titik cabang tersebut. Hukum II Kirchoff atau Hukum
Loop didasarkan pada kekekalan energi, dimana di dalam suatu rangkaian tertutup jumlah
aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan tegangan sama dengan nol. Pada
percobaan dapat dilakukan pembuktian terhadap hukum tersebut apakah berlaku
atau tidak.
Kata kunci : hukum
kirchoff, kirchoff current law, kirchoff voltage law, rangkaian loop
Pendahuluan
Hukum Kirchoff, dibuat oleh G.R. Kirchoff
(1824-1887) di pertengahan abad sembilan belas. Hukum ini ada dua, dan
sebenarnya merupakan penerapan yang berguna dari hukum kekekalan muatan dan
energi. Hukum I Kirchoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada kekekalan
muatan, dan kita telah menggunakannya untuk menurunkan hukum untuk resistor
paralel. Muatan yang memasuki sebuah titik cabang harus keluar – tidak ada yang
hilang atau diambil. Hukum II Kirchoff atau Hukum Loop didasarkan pada
kekekalan energi, dimana
di dalam suatu
rangkaian tertutup jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan tegangan
sama dengan nol.
Pada pratikum ini, dilakukan pengamatan
pada rangkaian listrik yang dirangkai secara seri-paralel untuk menganalisa kuat
arus pada data tersebut berdasarkan Hukum I Kirchoff (KCL) dan sebuah rangkaian listrik tertutup untuk
mengalisa tegangan atau beda potensial pada data tersebut dengan Hukum II
Kirchooff (KVL) atau Hukum Loop.
Teori
Arus listrik adalah banyaknya muatan
listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-elektron yang mengalir melalui
suatu titik dalam rangkaian listrik tiap satuan waktu. Satua listrik adalh
Coulmb/detik atau Ampere. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik adalah Amperemeter.
Arus merupakan perubahan kecepatan muatan
terhadap waktu atau muatan yang mengalir dalam satuan waktu, dengan kata lain
arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan itu bergerak maka akan muncul
arus, tetapi saat muatan tersebut diam. Maka arus pun akan hilang. Muatan akan
bergerak jika ada yang disebut energi luar yang mempengaruhinya,
Tegangan listrik adalah gaya listrik yang
menggerakkan arus untuk mengalir di sepanjang sebuah rangkaian listrik. Besaran
satuan untuk tegangan listrik adalah volt, dengan simbol V. Kebanyakan sel
listrik menghasilkan tegangan 1,5V. Di sebuah stasiun pembangkit listrik,
tegangan yang dibangkitkannya lebih besar dan diukur dalam satuan kilovolt,
yang simbolnya adalah kV. Satu kilovolt setara dengan seribu volt.
Untuk
menganalisis rangkaian listrik, disamping Hukum Ohm, hukum yang banyak dipakai
adalah Hukum Kirchoff. Ada dua Hukum Kirchoff yakni Hukum I Kirchoff atau KCL
(Kirchoff Current Law) dan Hukum II Kirchoff atau KVL (Kirchoof Voltage Law).
Hukum Kirchoff, yang dibuat oleh G.R.
Kirchoff (1824-1887) di pertengahan abad sembilan belas. Hukum ini ada dua, dan
sebenarnya merupakan penerapan yang berguna dari hukum kekekalan muatan dan
energi. Hukum I Kirchoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada kekekalan
muatan, dan kita telah menggunakannya untuk menurunkan hukum untuk resistor
paralel.
Hukum Kirchoff tentang arus mengatakan
bahwa: “Jumlah aljabar kuat arus yang menuju titik cabang rangkaian listrik =
jumlah aljabar kuat arus yang meninggalkan titik cabang tersebut”. Atau:
ΣI
masuk = ΣI keluar (1)
Pada gambar di bawah ini arus I1,
I2, I3 menuju titik cabang A, sedangkan I4, I5
meninggalkan titik cabang A. Maka pada titik cabang A tersebut berlaku
persamaan:
I1 + I2 + I3
= I4 + I5
Gambar 1. Gambar
persamaan Hukum I Kirchoff.
Hukum
titik cabang Kirchoff didasarkan pada kekekalan muatan. Muatan yang memasuki
sebuah titik cabang harus keluar – tidak ada yang hilang atau diambil. Hukum II
Kirchoff atau Hukum Loop didasarkan pada kekekalan energi.
Hukum
Kirchoff tentang tegangan mengatakan bahwa: “di dalam suatu rangkaian tertutup
jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan tegangan sama dengan nol”.
Secara sistematis dapat dituliskan:
Σε + ΣIR= 0
(2)
Pada gambar di bawah ini rangkaian terdiri dari sumber
tegangan dan empat buah komponen. Jika sumber tegangan dijumlah dengan tegangan
jatuh pada keempat komponen, maka hasilnya adalah nol, seperti ditunjukan oleh
persamaan berikut:
V1+ V2+ V3+
V3+ ε = 0
Gambar 2. Gambar
persamaan Hukum II Kirchoff.
Hasil dan Diskusi
Pengukuran dan perhitungan pada Kirchoff Current Law (KCL).
Tabel 1. Tabel data
pengukuran KCL
No.
|
Tegangan (V)
|
Nilai Resistor (Ω)
|
Kuat Arus (A)
|
1
|
1,48 V
|
20,1 Ω
|
0,0751 A
|
2
|
5,73 V
|
121,2 Ω
|
0,0488 A
|
3
|
3,15 V
|
216,3 Ω
|
0,0152 A
|
4
|
3,96 V
|
98,5 Ω
|
0,0145 A
|
5
|
1,72 V
|
66,7 Ω
|
0,0265 A
|
6
|
6,9 V
|
86,4 Ω
|
0,087 A
|
1.
Menentukan nilai resistansi secara perhitungan:
R1 = Merah
Hitam Hitam
Emas
2 0
1 ±5%
= (20±5%) Ω
R2 = Coklat
Merah Coklat Emas
1 2
101 ±5%
= (120±5%) Ω
R3 = Merah
Merah Coklat Emas
2 2
101 ±5%
= (220±5%) Ω
R4 = Coklat
Hitam Coklat Emas
1 1
101 ±5%
= (110±5%) Ω
R5 = Biru Abu-abu Hitam
Emas
6 8
1 ±5%
= (68±5%) Ω
1.
Menentukan nilai resistansi secara pengukuran
R1 = 20,1 Ω
R2 = 121,2
Ω
R3 = 216,3
Ω
R4 = 98,5 Ω
R5 = 66,7 Ω
RTotal = 86,4 Ω
2.
Menentukan
nilai R total secara perhitungan.
Dik :
R1 = 20 Ω
R2 = 120 Ω
R3 = 220 Ω
R4 = 100 Ω
R5 = 68 Ω
Pada rangakaian di atas, kita membagi rangkaian menjadi dua
rangkaian terlebih dahulu.
§
Rx = R1.R2 / R1+R3+R5
= 20.220 / 20+220+68
= 4400 / 308
= 14,29 Ω
§
Ry = R1.R5 / R1+R3+R5
= 20.68 / 20+220+68
= 1360 /308
= 4,42 Ω
§
Rx = R3.R5 / R1+R3+R5
= 220.68 / 20+220+68
= 14960 / 308
= 48,57 Ω
Sehingga rangkaian
menjadi:
Rangkaian diatas digabung dengan rangkaian R2 dan
R4.
atau
§
Rs1 = Ry + R2
= 4,42 + 120
= 124,42 Ω
§
Rs2 = Rz + R4
= 48,57 + 100
= 148,57 Ω
Rangkaian diatas
merupakan rangkaian paralel, jadi:
§
1/Rp =
1/ Rs1 + 1/ Rs2
=
Rp = Rs1.Rs2 / Rs1+Rs2
=
= 18483,59 / 272,98
= 67,71 Ω
§
RTot = Rx
+ Rp
= 14,28 + 67,71
= 81,99 Ω
3.
Menentukan total kuat arus secara perhitungan.
VTotal = ITot + RTot
ITotal =
=
= 0,109 A
4.
Menentukan kuat arus pada setiap titik cabang secara
perhitungan.
= 20 + 120
= 140 Ω
§
Rs1 = R3 + R4
= 220 + 100
= 320 Ω
·
Is1 =
=
= 0,064 A
Is1 = I1 = IR1 = IR2 =
0,064 A
·
Is2 =
=
= 0,028 A
Is2 = I2 = IR3 = IR4 =
0,028 A
5.
Analisis kuat arus yang masuk ke titik cabang.
a.
Perhitungan
IAC + IAD = ICB + IDB
0,064 + 0,028 = 0,064
+ 0.028
0,092 A = 0,092 A
b.
Pengukuran
I1 = 75,1
mA = 0,0751 A
I2 = 48,8
mA = 0,0488 A
I3 = 15,2
mA = 0,0152 A
I4 = 41,5
mA = 0,0415 A
I5 = 26,5
mA = 0,0265 A
ITotal = 87 mA =
0,087 A
I1 + I3 = I2
+ I4
0,0751 + 0,0152 = 0,0488 + 0,0415
0,0903 A =
0,0903 A
Tabel 2. Tabel
perbandingan pengukuran dan perhitungan kuat arus listrik.
No.
|
Pengukuran Kuat Arus (A)
|
Perhitungan Kuat Arus (A)
|
1
|
0,075 A
|
0,064 A
|
2
|
0,049 A
|
0,064 A
|
3
|
0,015 A
|
0,028 A
|
4
|
0,042 A
|
0,028 A
|
5
|
0,027 A
|
|
Pengukuran dan
perhitungan nilai resistansi pada rangkaian dengan menggunakan perhitungan KCL.
Pada pengukuran menggunakan Multimeter, nilai R4 = 98,5 Ω sedangkan
pada perhitungan R4 = 100 Ω. Jika dilihat dari perbedaan tersebut,
perbedaannya tidak terlalu besar, hal ini sesuai dengan ±5%
pada resistor, yang artinya perbedaan pengukuran bisa kurang dari 5% atau lebih
dari 5%. Begitu pun juga pengukuran dan perhitungan kuat arus yang dilakukan
pada rangkaian tersebut memperoleh nilai yang hampir sama. Hal ini menunjukkan
bahwa pengukuran dan perhitungan yang dilakukan pada rangkaian tersebut sudah
benar.
Pada perhitungan menentukan
Rtotal, rangkaian listrik dibagi menjadi dua rangkaian, yaitu rangkaian R1,
R3, R5 dan rangkaian R2, R4. Pada
rangkaian R1, R3, R5, dibentuk rangkaian
hambatan dalam menggunakan jembatan wheatstone dengan nama rangkaian Rx,
Ry, Rz. Setelah nilai pada rangkaian tersebut diperoleh,
rangkaian tersebut dihubungkan kembali dengan rangkaian R2, R4.
Rangkaian tersebut membentuk dua rangkaian seri, dan setelah dilakukan
perhitungan rangkaian membentuk paralel. Kemudian membentuk rangkaian seri Rx
dan Rp. Karena rangkian membentuk rangkaian seri, maka rangkaian
tersebut dijumlahkan untuk memperoleh nilai Rtotal.
Pada
saat menentukan kuat arus pada setiap titik cabang, R5 dihilangkan
atau tidak diperhitungkan, karena pada R5 arus yang mengalir tidak
dapat ditentukan, apakah arus yang mengalir pada R5 positif atau
negatif karena posisinya berada ditengah percabangan R1, R3 dan
R2, R4. Arus yang mengalir masuk dari R1 masuk
kedalam rangkaian dan melalui R5, begitu pun juga dengan arus dari R3
masuk melalui R5, sehingga tidak dapat diketahui apakah arus yang
mengalir pada R5 positif atau negatif. Sehingga untuk memudahkan perhitungan
pada kuat arus, R5 tidak diperhitungkan atau di hilangkan.
Pengukuran dan
perhitungan pada Kirchoff Voltage Law (KVL).
Tabel
3. Tabel data pengukuran KVL
No.
|
Tegangan (V)
|
Nilai Resistor (Ω)
|
Kuat Arus (A)
|
1
|
1,320 V
|
376,6 Ω
|
0,0035 A
|
2
|
0,236 V
|
66,7 Ω
|
0,0035 A
|
3
|
0,055 V
|
119,2 Ω
|
0,0004 A
|
4
|
0,872 V
|
218,9 Ω
|
0,0040 A
|
5
|
0,586 V
|
147,3 Ω
|
0,0040 A
|
6
|
2,147 V
|
150,1 Ω
|
0,0007 A
|
1.
Menentukan nilai resistansi secara perhitungan.
R1 = Jingga
Putih Coklat Emas
3 9
101 ±5%
= (390±5%) Ω
R2 = Biuru
Abu-abu Hitam
Emas
6 8
1 ±5%
= (68±5%) Ω
R3 = Coklat
Merah Coklat Emas
1 2
101 ±5%
= (120±5%) Ω
R4 = Merah
Merah Coklat Emas
2 2
101 ±5%
= (220±5%) Ω
R5 = Coklat
Hijau Coklat Emas
1 5
101 ±5%
= (150±5%) Ω
1.
Menentukan nilai resistansi secara pengukuran
R1 = 376,6
Ω
R2 = 66,7 Ω
R3 = 119,2
Ω
R4 = 218,9
Ω
R5 = 147,3
Ω
RTotal = 150,1 Ω
2.
Mengukur tegangan pada masing-masing resistor
V1 = 1,320
V
V2 = 0,235
V
V3 = 0,054
V
V4 = 0,872
V
V5 = 0,586
V
VTotal = 2,147 V
3.
Menentukan nilai kuat arus secara perhitungan
Dik :
R1 = 390 Ω
R2 = 68 Ω
R3 = 120 Ω
R4 = 220 Ω
R5 = 150 Ω
Hubungan antara arus
pada titik cabang yaitu:
I2 = I1 +
I3
§
Loop I
-ε1 + I1 (R1 + R2)
– (I3 x R3) = 0
I1 (R1 + R2) – (I3 x
R3) = ε1
458 I1 – 120 I3 = 1,5 . . . . . . . .
. (1)
§
Loop II
-ε2 + I2 (R4 + R5)
+ (I3 x R3) = 0
I2 (R4 + R5) + (I3 x
R3) = ε2
(I1 + I3) (R4 + R5)
+ (I3 x R3) = ε2
370 I1 + 370 I3 + 120 I3 =
1,5
370 I1 + 490 I3 = 1,5 . . . . . . . .
(2)
§
Eliminasi per. (1) dan (2)
458 I1 – 120
I3 = 1,5 | x
490 |
370 I1 + 490 I3 = 1,5 | x 120 |
224.420 I1 –
58,800 I3 = 735
44.400 I1 + 58,800 I3 =
180 +
268.820 I1
= 915
I1 = 3,40 mA
§
Subtitusi I1 =
3,40 x 10-3 A ke per. (1)
458 I1 – 120
I3 = 1,5
458(3,40 x 10-3) – 120 I3 = 1,5
-120 I3 = 1,5 – 1,557
I3 = 475
μA
§
I2 =
I1 + I3
= 3,40 x 10-3 + 4,75 x 10-4
= 3,88 mA
Ø
I1 = IR1 = IR2 = 3,40 mA
Ø I2 = IR4
= IR5 = 3,88 mA
Ø
I3 = IR3 =
475 μA
4.
Menghitung
nilai tegangan pada resistor.
§
V1 = I1 x R1
= 3,40 x 10-3 x 390
= 1,326 V
§
V2 = I2 x R2
= 3,40 x 10-3 x 68
= 0,231 V
§
V3 = I3 x R3
= 4,75
x 10-4 x 120
= 0,057
V
§
V4 = I4 x R4
= 3,88
x 10-3 x 220
= 0,854
V
§
V5 = I5 x R5
= 3,88
x 10-3 x 150
= 0,582
V
5.
Analisis
tegangan pada setiap resistor
Tabel 4. Tabel
perbandingan pengukuran dan perhitungan tegangan.
No.
|
Pengukuran Tegangan (V)
|
Perhitungan Tegangan (V)
|
1
|
1,320 V
|
1,326 V
|
2
|
0,236 V
|
0,264 V
|
3
|
0,054 V
|
0,057 V
|
4
|
0,872 V
|
0,854 V
|
5
|
0,586 V
|
0,582 V
|
Pada
perhitungan dan pengukuran rangkaian listrik menggunakan Hukum II Kirchoff atau
KVL, hasil pengukuran dan perhitungan yang diperolah sudah hampir sama.
Contohnya hasil pengukuran pada V1 = 1.320 V dan hasil perhitungan
pada V1 = 1,326 V, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran dan
perhitungan yang dilakukan pada rangkaian listrik tersebut sudah benar.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perkenanan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan jurnal praktikum Fisika ini dengan baik. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
penanggung jawab pratikum yang telah membantu dan memantau dalam melaksanakan
pratikum. Penulis juga berterima kasih kepada asisten dosen yang telah membantu
dan mengarahkan selama pratikum sampai pada pembuatan laporan dan jurnal.
Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam pembuatan laporan pratikum ini.
Referensi
[1]
Bhisop,
Owen. (2004). Dasar-dasar Elektronika.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
[2]
Bueche,
F. (1987). Fisika Edisi 8. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
[3]
Giancoli,
Douglas C. (2001). Fisika Edisi 5, Jilid
2. Penerbit Erlangga, Jakarta.
[4]
Seodojo
P. (2004). Fisika Dasar. Penerbit
Andi, Yogyakarta.
[5]
Supriyanto.
(1998). Keterampilan Elektronika. PT.
Raikuditu, Jakarta.
[6]
Suryatmo.
(1996). Teknik Pengukuran Listrik dan
Elektronika. Bumi Aksara, Jakarta.
[7]
Timp
penyusun 2017. Panduan Pratikum Fisika. FMIPA UNSRAT, Manado.
[8]
Tipler,
P. (1991). Fisika untuk Sains dan
Teknologi Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.
§
Rs1 = R1 + R2