Makalah Kerjasama Negara Wilayah Pasifik
dalam Bidang Geoposisi dan Geopolitik
Di Susun Oleh :
Kelompok 1
Silvester Marcelino 17101106011
Vitrail Gloria N. Mairi 17101106020
Billy Johanes Lontoh 17101106021
Nathanael S. E. Oroh 17101106031
Thalia Vina Tamuntuan 17101106037
Steve R. P. Putra Sahese 17101106040
Arianti Umafagur 17101106041
Prihati K. Lahuwang 17101106050
Allgreat M. C. Salamena 17101106051
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FALKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lingkaran
Pasifik atau Pasifik Rim atau Pasific Basin, menunjuk pada semua negara di
kawasan Asia Pasifik, yakni antara lain Amerika Serikat, Kanada Australia,
Selandia Baru, Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, Taiawan,
Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Pertumbuhan ekonomi di kawasan ini
begitu menarik, sehingga banyak ahli berpendapat bahwa jika abad ke-20 adalah
Abad Atlantik, abad ke 21 adalah Abad Pasifik.
Pada
tahun 1989 Bank Dunia membuat perkiraan bahwa pada lima tahun kemudian kawasan
Lingkaran Pasifik ini akan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di
dunia, yakni 4,3 persen per tahun dibandingkan 3,5 persen per tahun di semua
negara industri. Amerika Latin, Vietnam, Papua Nugini, dan Fiji, walaupun
terdapat dala, kawasan ini, dinilai belum mampu memainkan peran berarti.
Perbandingan
antara negara-negara dalam kawasan ini akan memperlihatkan sumber kekuatan
ekonominya. Kelompok pertama, Jepang dan Cina, bersifat khusus. Jepang menjadi
kekuatan raksasa ekonomi dunia akibat mengalami pertumbuhan ekonomi yang besar
dan terus-menerus selamma dasawarsa. Cina mengalami pertumbuhan ekonomi yang
cukup berarti setelah berahli dari sistem ekonomi isolasi ke sistem ekonomi
beroerientasi pasar. Kelompok kedua mencakup negera Barat, Amerika Serikat,
Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Negara dalam kelompok ini pernah
mengalami kemandekan ekonomi namun masih mengalami peningkatan eknomi karena
tingkat pertumbuhan penduduknya relatif kecil. Kelompok ketiga Hong Kong,
Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan. Pada awal kebangkitannya, keempat negara
ini dijuluki “Empat Macan Asia”. Pertumbuhan ekonomi kelompok ini 5 persen
lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Kelompok keempat adalah
ASEAN (negara di Asia Tenggara) yang mengalami pertumbuhan ekonomi diatas 2
persen dari tingkat pertumbuhan penduduknya (kecuali Filipina).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kepasifikan?
2.
Negara-negara apa saja yang termasuk
dalam Geoposisi dan Geopolitik kawasan Pasifik?
3.
Apa potensi utama dari negara tersebut?
4.
Bagaimana hubungan kerjasama antara
negara-negara tersebut?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
dan memahami arti dari kepasifikan.
2. Mengetahui
negara-negara yang termasuk dalam Geoposisi dan Geopolitik kawasan Pasifik.
3. Mengetahui
dan memahami potensi dari negara-negara tersebut.
4. Mengetahui
dan memahami hubungan kerjasama antara negara-negara tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepasifikan
Kepasifikan adalah hal hal atau
kegiatan dimana yang dilakukan dikawasan pasifik yang mencakup beberapa aspek.
1.
Aspek
Sosial
2.
Aspek
Budaya
3.
Aspek
Teknologi
4.
Aspek
Sejarah
5.
Aspek
Ekonomi
Pasifik Rim atau
Pasific Basin menunjuk pada semua negara di kawasan Asia Pasifik, yakni antara
lain Amerika Serikat, Kanada Australia, Selandia Baru, Jepang, Cina, Korea
Selatan, Singapura, Hong Kong, Taiawan, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan
Filipina. Pertumbuhan ekonomi di kawasan ini begitu menarik, sehingga banyak
ahli berpendapat bahwa jika abad ke-20 adalah Abad Atlantik, abad ke 21 adalah
Abad Pasifik.
Pada
tahun 1989 Bank Dunia membuat perkiraan bahwa pada lima tahun kemudian kawasan
Lingkaran Pasifik ini akan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di
dunia, yakni 4,3 persen per tahun dibandingkan 3,5 persen per tahun di semua
negara industri. Amerika Latin, Vietnam, Papua Nugini, dan Fiji, walaupun
terdapat dala, kawasan ini, dinilai belum mampu memainkan peran berarti.
Perbandingan
antara negara-negara dalam kawasan ini akan memperlihatkan sumber kekuatan
ekonominya. Kelompok pertama, Jepang dan Cina, bersifat khusus. Jepang menjadi
kekuatan raksasa ekonomi dunia akibat mengalami pertumbuhan ekonomi yang besar
dan terus-menerus selamma dasawarsa. Cina mengalami pertumbuhan ekonomi yang
cukup berarti setelah berahli dari sistem ekonomi isolasi ke sistem ekonomi
beroerientasi pasar. Kelompok kedua mencakup negera Barat, Amerika Serikat,
Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Negara dalam kelompok ini pernah
mengalami kemandekan ekonomi namun masih mengalami peningkatan eknomi karena
tingkat pertumbuhan penduduknya relatif kecil. Kelompok ketiga Hong Kong,
Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan. Pada awal kebangkitannya, keempat negara
ini dijuluki “Empat Macan Asia”. Pertumbuhan ekonomi kelompok ini 5 persen
lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Kelompok keempat adalah
ASEAN (negara di Asia Tenggara) yang mengalami pertumbuhan ekonomi diatas 2
persen dari tingkat pertumbuhan penduduknya (kecuali Filipina).
Indonesia merupakan daerah yang sangat strategis, dimana
Indonesia merupakan negara kepulauan yang menghubungkan dua benua yaitu Asia
dan Australia. Laut Banda, Jawa dan Flores pada abad XIV dan XV merupakan zona
komersial di Asia Tenggara. Kawasan Laut Jawa sendiri terbentuk karena perdagangan
rempah-rempah, kayu gaharu, beras, dan sebagainya antara barat dan timur yang
melibatkan Kalimantan Selatan, Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan Nusa tenggara. Oleh
Karena itu kawasan Laut Jawa terintegrasi oleh jaringan pelayaran dan
perdagangan sebelum datangnya bangsa Barat. Menurut Houben, Laut Jawa bukan
hanya sebagai laut utama bagi Indonesia, tetapi juga merupakan laut inti bagi
Asia Tenggara. Peranan kawasan Laut Jawa dan jaringan Laut Jawa masih bisa
dilihat sampai saat ini. Jadi bisa dikatakan bahwa Laut Jawa merupakan
Mediterranean Sea bagi Indonesia, bahkan bagi Asia Tenggara.
Pada jaman kerajaan Islam, jalur perdagangan antar pulau di
Indonesia (antara Sumatera-Jawa, Jawa-Kalimantan, Jawa-Maluku,
Jawa-Sulawesi,Sulawesi-Maluku, Sulawesi-Nusa Tenggara dan sebagainya) menjadi
bagian yang inheren dalam konteks perdagangan internasional. Bahkan Indonesia
sempat menjadi tujuan utama perdagangan internasional, bukan negeri
Cina.Keadaan ini lebih berkembang ketika orang Eropa mulai datang ke Indonesia untuk
mencari rempah-rempah. Indonesia mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi
pedagang dari penjuru dunia. Sebagai konsekuensi logis, jalur perdagangan dunia
menuju Indonesia berubah (Route tradisional melalui selat Malaka menjadi route
alternatif karena ada route baru yaitu dengan mengelilingi benua
Afrika,kemudian menyeberangi Samudera Hindia, langsung menuju Indonesia.
Sejarah maritim memiliki korelasi yang relatif banyak dengan
sejarah nusantara. Sebab wilayah nusantara berkembang dari sektor kemaritiman.
Mayoritas kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim menunjukkan bahwa
kehidupan leluhur kita amat tergantung pada sektor bahari. Baik dalam hal
pelayaran antar pulau, pemanfaatan sumber daya alam laut, hingga perdagangan
melalui jalur laut dengan pedagang dari daerah lain maupun pedagang dari manca
negara.
B.
Geoposisi
dan Geopolitik
Kata geopolitik berasal dari kata
geo dan politik. “Geo” berarti bumi dan “Politik” berasal dari bahasa Yunani
politei, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan teia yang
berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu
rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, danalat yang digunakan untuk mencapai
cita-cita atau tujuan tertentu. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam
arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu
bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara,
dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.
Secara umum geopolitik
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri,
lingkungan, yang berwujud Negara kepulauan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
C.
Geopolitik (Indonesia – Cina)
Indonesia merupakan bagian dari jalur
maritim dari Jalur Sutra yang menghubungkan China dengan India dan
dunia Arab.Secara tradisional, kepulauan Indonesia, diidentifikasi oleh
geografer Tiongkok kuno sebagai Nanyang.Nanyang adalah
sumber dari rempah-rempah seperti cengkeh, kemukus, dan pala,
bahan baku seperti sebagai cendana, emas dan timah, juga
barang-barang langka eksotis seperti gading, cula badak, kulit harimau, dan
tulang, burung-burung eksotis dan bulu warna-warni.
Sementara sutra yang halus dan keramik dari Tiongkok dicari oleh
kerajaan kuno Indonesia.Indonesia dan China adalah anggota APEC dan
ekonomi utama dari G-20. Menurut BBC World Service
Poll 2013, pendapat tentang China di antara orang Indonesia masih
sangat positif dan stabil, dengan 55% dari pandangan positif dibandingkan
dengan 27% menyatakan pandangan negatif.
a. Hubungan Indonesia dan China dalam Bidang Ekonomi
Secara geografis,
posisi
Indonesia sangat strategis di kawasan
Asia Pasifik dan Selat Malaka.Sedangkan secara ekonomi, Indonesia adalah negara
yang sangat kaya dengan sumber daya alam dan mineral, baik di darat maupun di
laut. Kekayaan alam Indonesia
yang sangat luar biasa ini jelas sangat menggoda negara-negara industri yang
sedang maju saat ini seperti China untuk menguasainya, baik itu secara langsung
ataupun tidak langsung.Selain itu, dengan jumlah penduduk lebih dari 243 juta
jiwa, Indonesia adalah pasar potensial bagi produk-produk negara-negara
industri.
Kerja sama bilateral Indonesia dan
China merupakan suatu hubungan diplomatik yang bersifat idealis
dan kompetitif. Banyak hal yang menguntungkan dari kerjasama ini,
sehingga menciptakan suatu hubungan bilateral yang dinamis.Persaingan
produk Cina yang menjamur di pasaran Indonesia, membuat komoditi
pasar Indonesia harus segera menyeimbangkan distribusi
penyebaran produk China.Produk China telah menduduki pasaran tingkat atas
pada sistem distribusi lokal.
b. Hubungan
bilateral antara Indonesia dan China
Hubungan bilateral antara Indonesia dan
China terutama dalam bidang ekonomi saat ini terus meningkat.Hal ini terlihat
dari meningkatnya nilai perdagangan antara Indonesia dan China pada tahun 2008
yang mencapai US$ 31 miliar. Dalam lima tahun ke depan, Presiden Republik
Indonesia (RI) memperkirakan nilai perdagangan Indonesia-China akan mencapai
US$ 50 miliar. Peningkatan hubungan bilateral tersebut, diungkapkan oleh Dubes
China, tidak terlepas dari terjalinnya Free Trade Asean-China.Selain
itu, China menganggap Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi sangat
besar.Namun untuk merealisasikan potensi itu diperlukan penghapusan beberapa
hambatan, baik dari pihak China maupun dari pihak Indonesia. Indonesia berharap
lambannya realisasi dana pinjaman China agar bisa cepat terealisasikan sehingga
bisa dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, dunia
usaha China yang ingin berinvestasi di Indonesia juga memerlukan jaminan dari
pemerintah RI untuk menghadapi risiko perubahan kebijakan pemerintah daerah.
Ini membuktikan bahwa Indonesia dan China
memiliki hubungan yang berkelanjutan dalam hal kerjasama ekonomi, yang dimana
hubungan ini masih sangat diperlukan untuk saling mendukung dalam upaya
meningkatkan dukungan intensitas kepercayaan internasional.
c. Hubungan Indonesia dan China dalam Bidang Perdagangan
Salah satu cara untuk mempererat
hubungan kedua negara ini adalah dengan adanya perdagangan internasional.
Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian
setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian
akan saling terjalin dan tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling
mempengaruhi suatu negara dengan negara lain.
Perdagangan barang dan jasa akan mempererat
hubungan perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional pada saat ini
secara tidak langsung mendorong terjadinya globalisasi.Hal ini ditandai dengan
berkembangnya sistem inovasi teknologi informasi, perdagangan, reformasi
politik, transnasionalisasi sistem keuangan, dan investasi.Ini merupakan modal
yang penting bagi suatu negara untuk menarik investor masuk ke dalam untuk
investasi di negaranya. Hubungan ini perlu didukung dengan situasi politik yang
kondusif dan lingkungan bisnis yang kompetitif di dalam sebuah negara, maka bukan
tidak mungkin perkembangan ekonomi negara tersebut akan tumbuh semakin cepat.
Sejak CAFTA diterapkan, jumlah perusahaan
China yang menanamkan investasi di Indonesia juga bertambah. Hingga akhir 2010
terdapat lebih dari seribu perusahaan China yang tercatat di Indonesia, dengan
investasi langsung mencapai 2,9 miliar dollar AS atau naik 31,7 persen dari
tahun sebelumnya. Produk-produk China yang masuk menjadi sangat banyak dan
bahkan membanjiri pasar lokal Indonesia.Dengan harganya yang relatif murah dan
juga dari segi kualitas juga tidak kalah berbeda dengan barang-barang bermerek
lainnya, membuat produk China diserbu oleh konsumen Indonesia yang rata-rata
dalam memilih suatu produk dilihat dari harganya yang terjangkau terlebih
dahulu.
Berbagai produk nasional terancam akan banyaknya
produk China yang masuk, antara lain :
1.
Elektronik
2.
Peralatan rumah tangga
3.
Tekstil
4.
Suku cadang otomotif
5.
Furniture
6.
Mainan anak
7.
Dan juga pakaian
Ini perlu dijadikan perhatian yang serius bagi
pemerintah Indonesia, dimana Indonesia sebagai negara berkembang harus bisa
mengolah atau memilih ekspor dengan pendapatan yang cukup besar.Saat ini
Indonesia hanya bisa mengekspor barang mentah atau hasil bumi saja.Setidaknya
Indonesia harus sudah bisa mengekspor barang setengah jadi bahkan barang yang
sudah jadi, sehingga pendapatan untuk negara juga semakin bertambah besar.
Selama ini ekspor Indonesia didominasi produk mentah dan bahan baku seperti
biji kakao, kemudian minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan
minyak mentah.
Sementara itu, impor dari China sudah berbentuk barang
setengah jadi dan barang yang sudah jadi terutama dalam bidang tekhnologi.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Atma Jaya,
A Prasetyantoko menambahkan, ada beberapa penyelamatan jangka pendek terkait
pemberlakuan CAFTA itu, yaitu perlindungan produk dalam negeri (safeguard),
program antidumping maupun kewajiban mencantumkan produk sesuai
Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut dia, CAFTA dalam jangka menengah
memberi kesempatan untuk memacu daya saing perekonomian domestik.Dalam jangka
menengah, Indonesia perlu memanfaatkan peluang dengan mengidentifikasi sektor
yang komplemen terhadap produk China, mendorong peluang non
perdagangan seperti investasi langsung untuk kapasitas produksi dan memperbaiki
logistik.
Pemerintah tampaknya tidak perlu re-negosiasi
perjanjian perdagangan ASEAN-China, karena lebih menyulitkan dan membutuhkan
proses lama. Karena proses negosisasi ini sendiri bukan hanya Indonesia yang
terlibat, akan tetapi Negara-negara ASEAN juga harus ikut terlibat, karena
perdagan bebas ini melingkupi keseluruhan negara-negara Asia Tenggara. Menurut
Anggito Abimanyu seorang pengamat ekonomi Perjanjian CAFTA ada tiga hal yang
disepakati menteri perdagangan ASEAN-China.
Tiga hal yang disepakati itu antara lain :
1.
Pertama, CAFTA tetap dilanjutkan dan
tidak ada rencana notifikasi karena kerugian akibat kecurangan perdagangan (unfair
trade)
2.
Kedua, bila suatu negara mengalami
defisit, negara surplus harus mendorong impor
3.
Ketiga, pembentukan tim pengkajian
terhadap perdagangan bilateral. Bila memang ada kerugian akibat perdagangan
bebas, maka membutuhkan biaya mahal dan proses panjang untuk membuktikan hal
tersebut. Selain itu, kesepakatan bukan hanya dengan China tapi juga dengan
negara ASEAN.
Hubungan Indonesia dan China dalam bidang perdagangan
dilihat dari data ekspor non-migas tidak terlalu signifikan dibanding dengan
ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang atau Singapore. Pasar ketiga negara
tersebut mampu menyerap hampir mencapai 50% dari total ekspor non-migas
Indonesia. Sedangkan pasar China hanya mampu menyerap tidak lebih dari 3,7%
dari total ekspor non-migas Indonesia, hampir sama dengan rata-rata negara lain
di luar Amerika Serikat, Jepang dan Singapore. Angka ekspor Indonesia ke China
relatif stabil sejak tahun 1998.Bagi Indonesia tahun 1998 merupakan tahun
dampak terbesar bagi perekonomian, tetapi setelah tahun tersebut sampai 2001,
ekspor Indonesia ke negeri China tidak berubah banyak. Malah tahun 2001
cenderung menunjukkan penurunan dibanding tahun 2000, yaitu dari USD 1,8 juta
menjadi hanya USD 1,6 juta. Kondisi hubungan Indonesia dan China dalam
perdagangan yang relatif tidak berubah ini dapat disebabkan oleh beberapa
pertimbangan.
Beberapa pertimbangan ini, yaitu :
1.
Pengusaha ekspor Indonesia tampaknya
masih memandang bahwa pasar utama yang menggiurkan tetap ketiga negara
tersebut. Sebenarnya kalau diteliti lebih jauh, pasar utama Indonesia adalah
Amerika dan Jepang. Singapore lebih merupakan pasar antara (intermediate export
market), sebab umumnya produk Indonesia yang menuju Singapore umumnya di
re-ekspor oleh Singapore ke negara lain sebagai final destination
2.
Indonesia belum menganggap China sebagai
pasar yang prospektif, terutama karena umumnya produk-produk Indonesia masih
berorientasi primary sector
3.
Pasar China relatif baru bagi Indonesia
karena itu memerlukan upaya dan biaya yang lebih besar dibanding dengan pasar
ekspor utama yang telah terbangun selama ini.
d. Kesepakatan Kerja Sama Antara
Hubungan Indonesia dan China
Seperti dilansir dari kompas.com, pada tahun 2015 ada delapan bidang yang telah disepakati
oleh hubungan Indonesia dan China, diantaranya :
1.
Nota
kesepahaman kerja sama ekonomi antara Kemenko Perekonomian RI dan Komisi
Reformasi dan Pembangunan Nasional RRT
2.
Nota
kesepahaman kerja sama Proyek Pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung
antara Kementerian BUMN dan Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional RRT
3.
Kerja
sama maritim dan SAR antara Basarnas dan Kementerian Transportasi RRT
4.
Protokol
Persetujuan antara Pemerintah RRT dan RI dalam pencegahan pengenaan pajak ganda
kedua negara
5.
Kerangka
Kerja Sama Antariksa 2015-2020 antara Lapan dan Lembaga Antariksa RRT
6.
Kerja
sama saling dukung antara Kementerian BUMN dan Bank Pembangunan China Pembangunan.
7.
Nota
kesepahaman antara pemerintah RRT dan RI dalam pencegahan pengenaan pajak ganda
kedua negara
8.
Kerja
sama bidang industri dan infrastruktur antara Kementerian BUMN dan Komisi
Reformasi dan Pembangunan Nasional RRT
D.
Geoposisi
(Indonesia – Australia)
Australia dan Indonesia sudah lebih dulu maju untuk melawan
aksi radikalisme dan terorisme yang mengancam seluruh umat dunia.Harus ada
kerjasama yang erat antara negara-negara untuk melawan aksi terorisme dan
radikalisme."
"Ini yang telah kita lakukaan dengan Australia
bagaimana untuk dapat melawan terorisme dan radikalisme dengan cara memotong
jalur-jalur logistik mereka,” ujar Wiranto saat memberikan keterangan pers. Selain
itu dengan adanya Undang-Undang Terorisme yang baru merupakan langkah
progresive pemerintah Indonesia dalam melakukan penanganan dan pencegahan aksi
terorisme.
Menurut Wiranto, Indonesia dan Australia telah mengajak negara-negara lain
khususnya negara-negara ASEAN untuk bersama-sama melawan tindak kejahatan
terorisme dan radikalisme. Dalam kesempatan tersebut, Wiranto menyampaikan ada
lima isu yang dibahas, diantaranya program deradikalisasi yang telah
dikembangkan oleh Indonesia dan Australia untuk mencegah ancaman terorisme dan
radikalisme dengan mengajak negara-negara ASEAN dalam program tersebut.
Selain itu dibahas juga perkembangan dinamika politik dalam
konteks keamanan regional, kerjasama keamanan siber, kerjasama lebih luas di
bidang penegakan hukum antara lain yang menyangkut tentang keimigrasian,
ekstradisi serta mampu meningkatkan pelatihan anjing-anjing yang disebut dengan
'K9' untuk melawan peredaran narkoba. Terakhir pertemuan tersebut juga telah
menyepakati berbagai hal lanjutan mengenai kerjasama kedua negara
Kerja sama Indonesia-Australia ini hadir seiring dengan
perkembangan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
berkembang samgat pesat dan sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat
dunia. Salah satu pemanfaatan TIK berupa transformasi digital yang
ditujukan untuk meningkatkan digital ekonomi. Information Systems
Security Partners memperkirakan tantangan digital akan semakin besar
pada 2020 mengingat sebanyak empat miliar orang akan memiliki perangkat
komunikasi. Sejalan dengan itu, ada pendapatan yang dihasilkan bisa berkisar
US$ 4 Miliar, aplikasi yang berkembang sebanyak lebih dari 25 juta, Sistem
Intelijen dan Sistem Embedded sebanyak lebih dari 25 miliar sistem, dan
besarnya data sebesar 50 triliun GB.
Selain itu, penetrasi pengguna internet di Indonesia menurut
survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencapai 132.7
juta atau 51.8%. Ini merupakan potensi besar masyarakat Indonesia di dunia
siber, yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi
masyarakat melalui transaksi dan aktifitas secara elektronik atau digital.
Untuk mendorong ekonomi nasional berbasis digital, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan ekonomi jilid 14 pada November 2016 bertujuan membangun
ekosistem perdagangan secara elektronik serta mendorong perluasan dan efisiensi
bisnis perdagangan secara elektronik yang dituangkan dalam Peta Jalan (Roadmap)
industri e-commerce.
ADF yang diprakarsai oleh Indonesia dan Australia ini
berawal dari pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malcolm
Turnbull pada tahun lalu di Sydney. Salah satu kesepakatan yang perlu
ditindaklanjuti dari pertemuan tersebut adalah kerja sama bidang ekonomi
digital dengan menjadi co-host penyelenggaraan digital forum di
Indonesia. Kedua kepala negara berharap forum ini mampu meningkatkan kerja sama
di bidang teknologi, sains, inovasi dan ekonomi digital antara Indonesia dan
Australia. Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika Mariam F. Barata
mengapresiasi kegiatan IADF dengan harapan dapat menjadi kegiatan tahunan dan
ditindaklanjuti kerja sama bilateral yang berbasis Confident Building Measure
(CBM) diantara kedua negara. “Kerja sama dapat dilakukan dalam capacity
building sumber daya manusia, kampanye kesadaran bertransaksi elektronik,
literasi digital dan lain sebagainya. Saya berharap forum ini mampu
meningkatkan kerjasama bilateral Indonesia-Australia,” ungkap Mariam dalam
sambutannya di Cyber Security Stream IADF, Hotel Fairmont Jakarta, Rabu
(31/01/2018).
Beberapa pembicara dalam dan luar negeri akan berbagi
pengetahuan dan pengalaman di bidangnya termasuk CEO Telstra, Kepala Bekraf
Triawan Munaf, co-founder Impact Hub Jakarta Stephanie Arrowsmith,
Sekretaris Jenderal APJII Henry Kasyfi Soemartono, Country Director Google
Indonesia Tony Keusgen dan Founder Medico Grace Tahir.
a. Kerjasama dan Hubungan Politik
Dasar-dasar hubungan Indonesia –
Australia relatif kokoh. Hal ini mengingat komitmen pemimpin kedua negara untuk
mengembangkan good-neighborliness, adanya peluang untuk mengembangkan
kerjasama yang saling menguntungkan serta terdapatnya instrumen legal/normatif
antara lain Joint Declaration on Comprehensive Partnership (2005) serta Lombok
Treaty (2006).
Deklarasi Comprehensive
Partnership memuat roadmap bagi pengembangan hubungan bilateral ke
depan (expand and deepen) antara Indonesia dan Australia melalui
forum-forum konkrit seperti IAMF (Indonesia-Australia Ministerial Forum).
Sementara itu, Lombok Treaty memuat prinsip-prinsip penting, seperti
penghormatan terhadap kedaulatan nasional, integritas wilayah serta komitmen
kedua negara untuk tidak membiarkan wilayah masing-masing dijadikan sebagai staging
point untuk mengusung tujuan separatisme.
Saat ini, hubungan bilateral
RI-Australia di bawah kepemimpinan PM Kevin Rudd, berada pada tahapan yang
sangat baik.Berbekal pemahaman yang lebih baik terhadap Asia, PM Kevin Rudd
telah menempatkan Indonesia sebagai negara paling penting bagi Australia. Dalam
wawancara dengan koran ternama di Australia, Kevin Rudd mengatakan,
"Indonesia amat penting bagi Australia. Kita akan teringat era Perdana
Menteri Paul Keating, 1991-1996, yang dianggap sebagai masa keemasan hubungan
RI-Australia."Paul Keating maupun Kevin Rudd berasal dari faksi kanan yang
cenderung lebih liberal dan bersikap positif terhadap RI.
b. Kerjasama Ekonomi, Perdagangan dan Investasi
Indonesia merupakan negara penerima
ODA terbesar dari Australia. Dari total ODA Australia sebesar A$ 3,7 milyar
pada 2008-2009, Indonesia mendapat A$ 462 juta atau naik A$ 3,2 juta dari
periode sebelumnya (A$ 458,8 juta), terdiri dari Country Program (A$
182,7 juta) dan AIPRD (A$ 230,9 juta). Bantuan pembangunan ini antara
lain digulirkan di bidang education and scholarship; governance; human
security and stability; infrastructure and regional development; Aceh
rehabilitation and health. Dalam kerangka AIPRD (hingga 2009), Australia
akan membangun 2000 gedung SMP di berbagai wilayah di Indonesia dan saat ini
telah dibangun lebih dari 1.000 gedung SMP. Dalam kesempatan kunjungan ke
Indonesia tanggal 11-12 Agustus 2008, Menlu Stephen Smith bersama Menlu Hassan
Wirajuda meresmikan gedung sekolah SMPN 4 Pallangga, Gowa yang merupakan
sekolah ke-1000 dari rencana 2000 sekolah dimaksud.
Kerjasama pembangunan
Indonesia-Australia ke depan telah tertuang pada Country Strategy Framework
(CSF) 2008–2013 berjumlah A$ 2,5 milyar yang berlandaskan joint ownership,
joint management dan fokus prioritas sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Indonesia. CSF merupakan dasar pelaksanaan kerjasama
pembangunan Pemerintah Australia kepada Indonesia.Dalam tiga tahun terakhir,
Pemerintah Indonesia menerima kontribusi yang cukup signifikan dari Pemerintah
Australia dan diharapkan dapat terus meningkat.Selain itu, diharapkan
komunikasi yang intensif antara kedua negara dapat terus ditingkatkan. CSF
2008-2013 akan menitikberatkan pada 4 (empat) pilar utama: (1) Sustainable
Growth and Economic Management; (2) Investing in People; (3) Democracy,
Justice and Good Governance; dan (4) Safety and peace.
c. Kerjasama Sosial Budaya dan Pariwisata
Di bidang sosial budaya, kegiatan
hubungan antar masyarakat di antara kedua bangsa semakin meningkat, tidak saja
melalui pendidikan tetapi juga kunjungan wisatawan.
-Pada 3 tahun terakhir (2005-2007) data wisatawan Australia ke Indonesia
menunjukkan fluktuasi, yakni 391,862 (tahun 2005), 226.981 (tahun 2006) dan
314.432 (2007).
-Tercatat 106 peserta dari Australia yang mengikuti beasiswa Darmasiswa
(1976-2007) dan 8 peserta yang mengikuti Bea Siswa Seni Budaya (2004-2008).
Untuk tahun 2008, Australia-Indonesia Institute menyelenggarakan program
“Pertukaran Pemimpin Muslim Muda” antara Indonesia dan Australia. Dalam hal
ini, 3 (tiga) delegasi muslim Indonesia secara bergantian berkunjung ke
Australia selama Februari-Juni 2008. Sementara pada 11-25 Mei 2008, lima
tokoh muda Muslim Australia berkunjung ke Indonesia.
Untuk memperkuat saling pemahaman
dan hubungan masyarakat, Pemerintahan Buruh mendukung penyusunan “National
Asian Language and Studies in Australian Schools Strategy”. Pemerintahan
Buruh akan memberikan prioritas pada Indonesia, seperti peningkatan pertukaran
antar warga dan institusi, khususnya di bidang media, pendidikan, kesenian,
kesehatan dan pelatihan bahasa.
Guna penguatan dan peningkatan
pengajaran Bahasa Indonesia di Western Australia, Balai Bahasa
Indonesia telah didirikan di Perth pada April 2008 untuk memberi pelayanan:
(i) kursus bahasa Indonesia untuk umum; (ii) kelas-kelas bahasa dan budaya
Indonesia; (iii) penyediaan tenaga pengajar bahasa Indonesia; dan (iv)
terjemahan dokumen dan tenaga interpreter.
d. Kerjasama Kekonsuleran
Saat ini, Pemerintah Australia masih
menerapkan kebijakan travel advisory untuk kunjungan warganya ke
Indonesia.Walaupun Pemerintah Australia menyatakan bahwa kebijakan ini tidak
mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia, namun tetap
berdampak pada kunjungan akademisi, siswa dalam kerangka people-to-people
contact.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepasifikan
adalah hal hal atau kegiatan dimana yang dilakukan dikawasan pasifik yang
mencakup beberapa aspek. Seperti aspek sosial, aspek teknologi, aspek budaya,
aspek sejarah, dan aspek ekonomi.
Pasifik Rim atau Pasific Basin menunjuk
pada semua negara di kawasan Asia Pasifik, yakni antara lain Amerika Serikat,
Kanada Australia, Selandia Baru, Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapura, Hong
Kong, Taiawan, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Pertumbuhan ekonomi
di kawasan ini begitu menarik dan kerjasam antara negara-negara di kawasan
pasisik inipun cukup baik, sehingga banyak ahli berpendapat bahwa jika abad
ke-20 adalah Abad Atlantik, abad ke 21 adalah Abad Pasifik.
Indonesia merupakan daerah yang sangat strategis, dimana
Indonesia merupakan negara kepulauan yang menghubungkan dua benua yaitu Asia
dan Australia. Indonesia merupakan bagian dari jalur
maritim dari Jalur Sutra yang menghubungkan China dengan India dan
dunia Arab. Sejarah maritim memiliki korelasi
yang relatif banyak dengan sejarah nusantara. Sebab wilayah nusantara
berkembang dari sektor kemaritiman. Mayoritas kerajaan di Nusantara yang
bercorak maritim menunjukkan bahwa kehidupan leluhur kita amat tergantung pada
sektor bahari. Baik dalam hal pelayaran antar pulau, pemanfaatan sumber daya
alam laut, hingga perdagangan melalui jalur laut dengan pedagang dari daerah
lain maupun pedagang dari manca negara. Secara geografis, posisi
Indonesia sangat strategis di
kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka.Sedangkan secara ekonomi, Indonesia
adalah negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam dan mineral, baik di
darat maupun di laut.
B. Saran
Setiap hal pasti ada kekurangan
begitupun dengan pembuatan makalah tidak ada yang sempurna. Maka penulis
sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena penulis
memiliki keterbatasan-keterbastasan yang tidak dapat penulis pungkiri, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penulis juga berharap dalam makalah selanjutnya akan ada lebih banyak lagi
contoh –contohh negara yang bekerjasama dalam daerah pasifik secara geopolitik
dan geoposisi dimana dalam makalah ini penulis hanya mengambil sedikit contoh
saja.
DAFTAR
PUSTAKA